Pendekatan Pembelajaran PAUD Berbasiskan Kesehatan

Latar Belakang

Semua orang Tua mendambakan anak-anaknya untuk sehat dan cerdas. Anak sehat dapat langsung dilihat. Mereka tumbuh dengan tinggi badan, berat badan yang sesuai usianya, dan daya tahan tubuh yang baik sehingga jarang sakit. Begitu pula dengan cerdas, banyak orang tua dengan bangga bercerita anaknya usia lima tahun sudah kelas 1 SD, dan tiga tahun sudah bisa membaca. Usaha orang tua untuk menstimulasi kecerdasan intelektual anak demikian luar biasa.

Penelitian yang dilakukan oleh James R. Flynn dari Universitas Otago, New Zealand yang hasil penelitiannya dikenal dengan nama Flynn effect, membuktikan bahwa telah terjadi peningkatan IQ di hampir seluruh negara di dunia sebesar 20 poin sejak alat ukur ini ditemukan lebih dari 100 tahun lalu. Hal ini disebabkan adanya perubahan pola asuh dan meningkatnya kesadaran akan kesehatan.

Anak adalah ciptaan Allah Yang Maha Kuasa perlu dilindungi harga diri dan martabatnya serta dijamin hak hidupnya untuk tumbuh dan kembang sesuai dengan fitrah dan kodratnya. Karena itu segala bentuk perlakuan yang mengganggu dan merusak hak-hak dasarnya dalam berbagai bentuk pemanfaatan dan eksploitasi yang tidak berprikemanusiaan, harus segera dihentikan tanpa kecuali.

Undang-undang nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menyatakan bahwa Pemerintah wajib memenuhi hak-hak anak, yaitu tentang kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangannya serta perlindungan demi kepentingan terbaik anak.

Tapi kenyataan yang ada di lapangan sungguh ironis, masih banyak anak-anak yang berhadapan dengan permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan tumbuh kembangnya. Koran Radar Tasikmalaya, 18 Desember 2007 melaporkan kasus gizi buruk di kelurahan Cilamajang Kawalu Kota Tasikmalaya, yang menimpa Dikri Nur Muhammad (3 tahun) yang akhirnya menghembuskan napas terakhir setelah di rawat di RSUD Tasikmalaya dan dinyatakan menderita marasmus (busung lapar yang disertai penyakit kronis). Kondisi tersebut sangat miris karena terjadi di wilayah sekitar kita dan seharusnya kita merasa peduli dengan masalah-masalah pertumbuhan dan perkembangan anak.

Selain itu dalam RJPM Kota Tasikmalaya bahwa tahun 2011 ini merupakan tahun kesehatan yang salah satu prioritas programnya menitik beratkan pada menurunkan angka kematian bayi & balita (AKB), karena AKB di Kota Tasikmalaya merupakan angka tertinggi untuk wilayah Kota di Indonesia (Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya).

Untuk itu perlu upaya pendidikan yang berbasis kesehatan pada tingkatan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebagai upaya intervensi Tumbuh Kembang Anak yang optimal, sehingga upaya tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip dasar Konvensi Hak-Hak Anak meliputi : a) non diskriminasi; b) kepentingan yang terbaik bagi anak; c) hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan; dan d) penghargaan terhadap pendapat anak.

Ruang Lingkup

Pendidikan berbasis kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan UUD 1945 pasal 28 H ayat (1) dan Undang-undang nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.

Pendidikan berbasis kesehatan harus dipandang sebagai investasi untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia dan sekaligus investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi dan pendidikan, serta berperan penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Oleh karenanya pelaksanan pendidikan berbasis kesehatan bukanlah tanggung-jawab pemerintah saja namun merupakan tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat termasuk swasta.

Dibidang kesehatan, pemerintah wajib menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan upaya kesehatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang optimal sejak dalam kandungan. Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh dan berkembang, yaitu :

  1. Kasih sayang dan perlindungan
  2. Makanan bergizi seimbang (sejak lahir sampai 6 bulan hanya ASI saja, sesudah 6 bulan sampai 2 tahun ASI ditambah Makanan Pendamping ASI).
  3. Imunisasi dasar dan suplementasi vitamin A
  4. Pendidikan dan pengasuhan dini
  5. Perawatan kesehatan dan pencegahan kecacatan, cedera dan lingkungan yang sehat dan aman
  6. Orang tua berkeluarga berencana

PEMBAHASAN

I. BEBERAPA FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA MASALAH-MASALAH KESEHATAN ANAK

1. Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi sebagai salah satu penyebab, masih terdapatnya kantong-kantong kemiskinan dan jika pihak-pihak terkait tidak ikut berpartisipasi dalam pemberdayaan keluarga, penuntasan kemiskinan ini akan mengakibatkan timbulnya peristiwa gizi buruk dan maslah kesehatn lainya yang berkepanjangan pada anak-anak usia dini.

Jika ditengok sedikit lebih mendalam,maka kekurangan pangan pada suatu masyarakat berdampak paling memprihatinkan pada ibu dan bayi. Perlu digarisbawahi tulisan Kusum P.Shah, seorang Profesor Obstetics & Gynecology (1988) sebagai berikut :

Dalam Populasi miskin, sebagian besar wanita menderita kurang gizi kronis,oleh karena itu kemungkinan besar bayi-bayi mereka akan menderita kurang gizi di dalam kandungan dan memperlihatkan berat badan lahir rendah. Awal kehidupan anak-anak mereka sangat buruk, sehingga ASI pun, yang memiliki nilai gizi serta protektif khusus, tak dapatl menggantikan seluruhnya. Lebih-lebih apabila ibu-ibu ini sendiri terus-menerus mengalami kekurangan gizi secara kronis,ditambah dengan beban pekerjaan yang berat serta kehamilan berulang. Makanan tambahan bagi ibu-ibu hamil dan menyusui sampai batas tertentu dapat mengurangi efek-efek negatif ini,baik terhadap ibu maupun anaknya.

  2. Faktor Pendidikan

Pendidikan yang berbasis kesehatan selalu mengingatkan kita semua bahwa usia anak balita merupakan masa keemasan sekaligus masa kritis dalam tahapan kehidupan manusia yang akan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Masa balita ini merupakan masa yang tepat untuk meletakkan dasar-dasar pengembangan kemampuan fisik, bahasa, social emosional, konsep diri, seni, moral, dan nilai agama. Upaya pengembangan seluruh potensi anak balita dimulai agar pertumbuhan dan perkembangannya tercapai secara optimal. Hal ini sesuai dengan hak anak, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang no. 23 tahun 2002 tentang perlindungana anak yang menyatakan bahwa: “setiap anak berhak untuk hidup, tumbuh berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”.

Sehubungan dengan itu setiap anak berhak memperoleh pendidikan dalam rangka mengembangkan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya.

Ada 3 Lingkungan Pendidikan

a. Lingkungan Pendidikan Keluarga

Pelaksanaannya terjadi secara informal karena secara tidak langsung anak memperoleh pengalaman secara sadar maupun tidak sadar dan hal ini akan berlangsung seumur hidup. Orang tua berperan untuk melatih dan mengajarkan anaknya untuk dapat berbicara dan berjalan melatih berbagai keterampilan seperti mengurus diri sendiri mengenal nilai-nilai yang berlaku dan mengenal berbagai obyek yang ditemuai di lingkungan terdekatnya. Basis pendidikan dalam lingkungan keluarga itu mendasari secara fundamental seseorang anak hidup normal dalam pengaturan makanan yang bergizi dan pola hidup yang sehat (Bulletin PADU, Desember 2003 hal. 52).

Pengasuhan Anak Usia Dini dalam keluarga yang dipraktekkan oleh ibu, ayah, nenek, bibi dan lain-lain dalam memberikan makanan/minuman, pemeliharaan kesehatan dan pemberian stimulan itu dibutuhkan kasih sayang, ketulusan dan kesabaran. Sehingga memberikan kemungkinan secara optimal tumbuh-kembang anak menjadi sehat jasmani rohani dan anak menikmati dunia bermain dengan penuh keceriaan.

b. Lingkungan Masyarakat

Dalam masyarakat anak bergaul dengan orang lain sehingga secara langsung maupun tidak langsung akan saling mempengaruhi pada pembentukan kepribadian anak. Lingkungan masyarakat secara kultural memberikan rangsangan yang memungkinkan terjadinya perubahan yang memerlukan adanya penyesuaian-penyesuaian agar terjadi keseimbangan antara aspek kehidupan yang berlangsung secara alami dan berkesinambungan.

Untuk itu perlu adanya layanan pendidikan yang mempersiapkan anak balita sehingga mereka hidup yang lebih berkualitas.

c. Lingkungan Sekolah

Lingkungan sekolah merupakan lingkungan formal yang dilaksanakan pada suatu lembaga tertentu yang telah terstruktur dan mempunyai program yang baku. Berbagai bentuk layanan pendidikan bagi anak balita banyak ditemukan sekitar baik yang bersifat informal maupun yang formal misalnya Taman Kanak-Kanak, Taman Penitipan Anak, Kelompok Bermain, Rhoudatul Atfal dan sebagainya.

3. Faktor Kesehatan

Kesehatan yang berbasis pendidikan selalu mengindikasikan bahwa Kita membutuhkan lebih dari 48 macam gizi setiap hari dan zat gizi-gizi itu kita peroleh dari makanan. Namun tidak ada satu macam makanan yang dapat memenuhi zat tersebut kecuali ASI yang dapat menyuplai seluruh kebutuhan bayi sampai berumur 6 bulan. Ada satu makanan yang mengandung zat-zat gizi lain dan gizi-gizi itu perlu seimbang dalam pengertian praktis adalah bahwa zat-zat gizi yang dibutuhkan hadir dalam menu makanan atau dengana kata lain kita berperilaku makan sehat dengan makanan beragam setiap hari semakin banyak ragam macam makanan yang kita senangi makin baik dan badan kita semakin sehat. Setelah bayi berumur 6 bulan dia memerlukan makanan tambahan karena ASI saja sudah tidak mencukupi lagi. Makanan tambahan yang diberikan kepada bayi mempunyai dua fungsi utama (1) memenuhi tambahan zat-zat gizi untuk tumbuh berkembang (2) membentuk kebiasan makan untuk dikemudian hari.

Perlu adanya penyuluhan gizi terhadap ibu-ibu baik dalam pemilihan bahan makanan yang bisa diberikan kepada balita maupun cara-cara pengolahannya,maka hal ini akan memberikan dampak yang lebih positif bagi kesehatan anak usia dini membentuk keluarga sadar gizi, pemerisaan kesehatan, penimbangan berat badan, pelatihan tata laksana gizi buruk, pemberian suplemen gizi dan penanganan pasca perawatan. Hal tersebut akan memberikan dampak yang lebih positif bagi kesehatan anak mereka. Apabila langkah ini tidak dilakukan, maka resikonya akan terjadi gizi buruk. Gizi buruk adalah suatu istilah teknis yang umumnya dipakai oleh kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran. Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun. Gizi anak balita sehat atau kurang gizi secara sederhana dapat diketahui dengan membandingkanantara berat badan menurut umurnya (disingkat indeks BB/U) atau berat badan menurut tinggi badannya (disingkat indeks BB/TB). Apabila indeks sesuai standar anak disebut gizi baik. Kalau sedikit dibawah standar disebut gizi kurang dan apabila jauh dibawah standar dikatakan gizi buruk. Gizi buruk disertai dengan tanda klinis disebut marasmus atau kwasiorkhor. Sementara itu, pengertian dimasyarakat tentang “Busung lapar” adalah tidak tepat. Sebutan “Busung lapar” yang sebenarnya adalah keadaan yang terjadi akibat kekurangan pangan dalam kurun waktu tertentu pada satu wilayah, sehingga mengakibatkan kurangnya asupan zat gizi yang diperlukan, yang pada akhirnya berdampak pada kondisi status gizi kurang atau buruk dan keadaan ini terjadi pada semua golongan umur. Tanda-tanda klinis “Busung Lapar” pada umumnya sama dengan tanda-tanda pada marasmus dan kwasiorkhor.

 Program Pendidikan Anak Usia Dini Yang Berbasiskan Kesehatan di Kelompok Bermain ARROHMAH, Kel. Kahuripan Kec. Tawang Kota Tasikmalaya

Ada beberapa kegiatan pendidikan yang berbasiskan kesehatan, antara lain ;

  1. 1.    Motivasi Hidup Sehat

Motivasi dengan penyuluhan dengan melibatkan orang tua  secara individual dan massal bagi kelangsungan hidup secara sehat, dilakukan dengan pelatihan oleh mitra lembaga. Selama ini sudah terbiasa masyarakat mengabaikan makanan bergizi, orang tua membiarkan anak untuk membeli jajanan yang mengandung zat berbahaya. Hidup sehat ini perlu dirasakan sebagai kebutuhan oleh orang tua balita. Kebutuhan dipandang sebagai pembangkit, penguatan atau pengegrak perilaku (Tampubolon: 2004) jadi dengan kegiatan motivasi, berpola hidup sehat kemudian merubah pandangan masyarakat, dan menyadarkan mereka terhadap makna kesehatan, serta mengaplikasikannya dalam perbuatan sehari-hari sehingga tercipta lingkungan keluarga sehat.

  

  1. 2.    Peningkatan Kualitas Gizi Anak

Peningkatan status gizi anak boleh dianggap sebagai salah satu pemutus rantai lingkaran setan dalam menanggulangi masalah gizi di masyarakat. Secara populer usaha tersebut akan berkesan agak fenomenal karena penanganan anak gizi buruk dapat dirasakan cukup melibatkan aspek emosional dan gambaran empathy seseorang atau masyarakat. Anak yang menderita gizi buruk disertai gejala klinis marasmus maupun kwashiorkor akan terlihat sangat memilukan dengan badan yang sangat kurus, dating berulang bahkan sering sudah pada fase kritis dengan kornea mata yang sudah cacat dan badan sangat kurus. Potret yang emosional tersebut bahkan seringkali menjadi pengambat terhadap pemahaman kebijakan sehingga sering kali gagal membuat pengertian konkrit mengenai problema dan pentingnya malnutrisi, bagian populasi yang memiliki resiko tertinggi dan factor-faktor terpenting yang ikut terlibat dalam munculnya masalah gizi, terutama pemahaman bahwa efek potensial gizi ibu terhadap kelangsungan kehamilan, hasilnya, kemudian terhadap status gizi bayi, sangatlah menonjol. Kusum P.Shah (1988) menekankan bahwa kesehatan manusia pada masa yang akan datang bergantung pada status gizi ibunya.

Peran ibu dalam menentukan status gizi anak jelas sudah dimulai dari sejak anak di dalam kandungan, saat menyusui dan balita bahkan sampai si anak itu mulai mandiri, hal ini bukan saja dari malnutrisi yang didapat anak dari sang ibu, tetapi juga sejak awal kelahiran sampai enam bulan pertama di saat mana anak sesungguhnya tercukupi kebutuhannya total dari ASI (ASI ekskiusif) jika ibu tersebut cukup sehat.  Seorang ibu yang sehat dan tidak pernah mempunyai sejarah kurang gizi maka sampai enam bulan pertama cukup memberikan proteksi bagi anaknya terhadap kekurangan gizi. Bahkan setelah lewat enam bulan dengan pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASl) yang benar akan tetap memberikan perlindungan yang balk bagi si anak.

Selain itu setiap 1 bulan sekali dengan di koordinir oleh Persatuan Orang Tua (POM) Kober ARROHMAH, dilakukan pemberian makanan tambahan yang bergizi (Extra Fooding) kepada anak didik lalu dilakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan yang dicatat oleh Tutor dan dilhat perkembangan setiap bulannya.

 3.    Pemeliharaan  kebersihan dan kesehatan badan secara rutin

       (Gosok Gigi & Cuci Tangan)

Selain factor asupan gizi, satu hal penting yang sering diabaikan oleh orang tua adalah pemeliharan kesehatan anggota badan yang vital bagi anak, yaitu mulut dan gigi serta kebersihan tangan. Selain pelatihan khusus tentang menggosok gigi yang benar dan cuci tangan yang benar juga ditindak lanjuti dengan kegiatan pembiasaan kegiatan cuci tangan sebelum makan pada saat menjelang istirahat dari kegiatan belajar.

  1. 4.    Pendampingan Yang Berkelanjutan Dengan Sistem Kemitraan Dinas Terkait

Pendampingan kesehatan berupa bimbingan kesehatan sekaligus melaksanakan kontrol sejauh mana program penanggulangan gizi buruk telah dilaksanakan. Pendeteksian secara diri ada atau tidak adanya gejala penyakit agar cepat diketahui dan dapat diperiksa secara berkesinambungan /berkala.  Pertumbuhan dan perkembangan kesehatan anak balita dilokasi sasaran dapat teramati dengan baik. Pendampingan ini dilaksanakan secara terpadu oleh Dinas Kesehatan, Dinas pendidikan, dan Dinas Instansi terkait lainnya seperti pertanian dan LSM serta perguruan tinggi.

 Penutup

 “From the child of five to myself is but a step. But from the new born baby to the child of five is an appaling distance” (dari masa kanak-kanak sampai dewasa hanyalah selangkah, tetapi dari bayi lahir sampai usia lima tahun pertama merupakan jarak yang sangat jauh). Jadi, jangan abaikan lima tahun pertama kehidupan anak!.

Setiap tahapan perkembangan anak adalah masa penting. Setiap anak memiliki tahapan perkembangan yang berbeda-beda. Perlu ketelitian dari orangtua untuk mendorong anak agar mencapai puncak perkembangan optimal (gain moment) setiap anak. Seorang anak memang butuh pengalaman dan melakukan penemuan sendiri untuk mengoptimalkan momen pembelajarannya. Namun, orangtua juga harus menemani anak agar bisa menciptakan gain moments bersama anak yang juga dibutuhkan dalam perkembangannya, terutama di periode emas kehidupan anak.

Pengembangan kognisi serta emosi pada usia dini ciptakan fondasi paling hakiki si kecil. Peran orangtua di sini sangat penting, mulai dari pemberian nutrisi yang lengkap dan seimbang, hingga membantu si kecil mencapai perkembangan mental dan daya kognisi yang optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Arisman, 2007. Gizi Dalam Daur Kehidupan, Buku Ajar Ilmu Gizi, Kedokteran EGC,  Jakarta.

Buletin PADU, Jurnal Ilmiah Anak Usia Dini, Edisi Desember 2003, Direktorat Pendidikan

Anak Usia Dini Dirjen PLS Depdiknas, Jakarta.

Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya,  Laporan Tri Wulan April 2011, Tasikmalaya

Hanny Muchtar Darta, 2011, Six Pillars Of Positive Parenting, Cicero Publishing

Soeharto, Edi 2004, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, PT. Rafika

Aditama, Bandung

Tampubolon, 2003, Perilaku Keorganiasian, Ghalia Indonesia Jakarta

Undang-Undang 1945 Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan

Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Leave a comment